Thursday, August 17, 2017

SANTRI KUOPLAK TENAN IKI ... !!





Ini kisah yang pemeran utamanya bener-bener seorang santri yg pekok dan kuoplak bener deh. jangan ditiru ye, bisa ngerepoti ntar jadinya.. sebut aja Bahlul namanya. dia masih kelas enam ibtida’ dipondok, sejenis kelas para junior lah, masih jelang senior. umumnya untuk kelas setingkat itu, para murid kebanyakan masih daun muda bangeeet. imut dan nyebelin biasanya. habis buanyak tingkahnya. 




nah untuk umur bahlul kala itu tentu masih anak-anak dan sifat bandelnya masih 80%. Factor pertama tentu karena sifat kanak-kanaknya, factor ke dua tentu karena masa bahlul di pesantren masih belum lama. Jadi ibarat motor masuk bengkel, baru setengahnya saja yang “normal”, dan yang lain masih dalam proses perbaikan hehehe... kasihan sibahlul diumpamain motor. 





nah, cerita lucunya terjadi begini : 


pada waktu itu hari kamis pagi. Seperti biasa tiap hari kamis pagi ada kultum yang dibawakan oleh pak yai atau biasa di panggil para santri dengan sebutan Abah. Kultum ini sifatnya umum. Artinya di peruntukan untuk semua kalangan santri tanpa memandang kelas dan tingkat pelajaranya. Krn pd kultum biasanya berisi tentang pesan-pesan tausiyah, bukan tentang pelajaran tertentu yang lebih husus, seperti nahwu, shorof, tafsir qur’an, atau ilmu fiqh yang di sesuakan dengan tingkat dan kelas sebagaimana sekolah.



Seperti biasa, selalu ada tiga santri yg ndablek(bandel). yang pasti datang belakangan. Biasanya mereka baru datang setelah di razia oleh para pengurus karena bersembunyi menghindar dari ikut ngaji kultum. Ada yang sembunyi di WC, dapur, atau bahkan ada pula santri pura-pura masak atau nyuci. pinternya mereka nyari alesan. Tapi yang namanya pengurus pondok sudah hapal betul akan siasat seperti itu. Dan tentunya sudah hapal pula tempat persembunyian dan “pelarian” para santri bandel ini. Dan yang biasa menjadi langganan dan mendapat predikat santri “ndablek” level atas adalah tiga orang yang baru datang tadi, yaitu bahlul, kamso, dan sodrun. 



Dan kyai juga sangat hapal dengan wajah-wajah santri ‘’ternama” ini. “Haduh.. kalian lagi.. kalian lagi.. apa kalian gak bosan main kucing-kucingan terus sama pengurus”. Kata Abah. 



Dan bahlul dkk tahu bahwa yang di maksud abah adalah mereka, mereka hanya bisa tertunduk malu tak berani menjawab ataupun memandang kyai. Kultum kemudian dimulai. Para santri terlihat mendengarkan tausiyah yang di sampaikan abah dengan serius dan seksama, tak terkecuali bahlul, kamso, dan badrun. Mereka juga terlihat khusyuk atau mungkin pura-pura khusyuk dalam mendengarkan tausiyah yang di sampaikan. 


“Nah intinya dari semua yang telah saya sampaikan tadi.. jangan terlalu berat akan dunia. Belajarlah ikhlas akan segala hal. Jika kau kehilangan sesuatu, atau kau ingin memberikan sesuatu, maka kau harus ikhlas. Karena kita harus sadar, bahwa segala sesuatu di dunia ini bukan milik kita. Semua milik Allah, dan dia hanya menitipkanya saja kepada kita. Lalu ketika hal tersebut hilang, kita juga harus ikhlas. Karena pada dasarnya semua milik Allah, dan Allah juga berhak mengambilnya kembali jika DIA ingin. Faham semua?”. Kata kyai.



“Faham yaiiiiiii..”. jawab para santri serentak. 

“cukup sekian untuk kultum kali ini. Mari kita tutup dgn membaca al-hamdulillah dan do’a bersama. Wabillahittaufiq walhidayah, wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh”. 

kata kyainya menutup kultum pagi itu. Dan para santri serentak menjawab dengan salam. 

Al-kisah .. kyai memiliki sebuah pohon jambu yang selalu dirawatnya dengan baik. Pohon jambu itu adalah kesayangan kyai, karena buahnya sangat manis dan besar-besar. Pohon yang terletak di belakang rumah kyai itu tak pernah ada santri yang berani mengambil buahnya, karena mereka tahu itu adalah pohon yang di sayangi oleh kyai mereka. 

Malam itu bahlul, kamso, dan badrun sedang asik bercengkrama dan bercanda di depan komplek. Karena malam jum’at, mereka tidak memiliki kegiatan. Karena rutinitas ngaji libur di malam jum’at. Hanya beberapa yang mengisinya dg belajar dan membaca al-qur’an dikamar, selainya biasanya menghabiskan waktu dengan bersantai untuk mendinginkan otak dari rutinitas pondok. 


“Kam, kamu ada duit tidak?”. Tanya kang bahlul pada kamso. 

“Wah.. uang ku juga sudah mulai nipis lul, Tanya sama si badrun.. 

mungkin dananya sudah cair dapet kiriman”. Jawab kamso. 


Dan badrun, yang merasa dirinya dituju hanya mengangkat bahu, tanda dia pun sama tak punya uang. 





“Aduh, perut ku lapar nih kang, mau ikut aku gak cari makanan?”. 


Tanya bahlul pada dua temanya. 



“Weh.. uang aja gak punya lul, mau nyari makanan pakai apa?”. 

Sanggah badrun. 



“Kita petik jambu di belakang rumahnya kyai yuk..”. 

ajak bahlul. 


“Wah.. wah.. wah.. kamu ini cari perkara ya lul? Mau di marahin sama kyai ?”. 
Kata kamso. 

“Sudahlah santai saja.. kyai gak bakalan marah. Kalau kalian tak berani manjat, 
nanti biar aku yang manjat. Kalian ngantar aku aja nunggu di bawah. 
Kalau ada apa-apa, biar aku yang nanggung”. 
Kata bahlul meyakinkan kedua temanya. 



Akhirnya karena begitu hebatnya rayuan bahlul, kamso dan badrun pun ahirnya nurut. Mereka menuju pohon jambu di belakang rumah kyai. Sebagai mana kesepakatan, bahlul yang manjat pohon jambu. Sedangkan kamso dan badrun hanya menunggu dibawah. ternyata kyai mendengar akan keberadaan mereka. Karena merasa penasaran siapa yang malam-malam begini ada di belakang rumahnya, kyai pun keluar untuk melihatnya dan berniat menegur. Begitu kyai melihat ada tiga santri “tersohor” sedang asik memetik buah jambu kesayanganya, kyai pun menghampiri mereka dan berniat untuk memarahinya.

“Hai.. sedang apa kalian malam-malam di sini ? Mau nyolong jambu ya?”. 
Tegur kyai. 

Kontan saja kamso dan badrun di buat terkejut karena mereka tak menyadari kedatangan kyai, tak terkecuali bahlul. Tapi bukan bahlul namanya kalau tidak mengeluarkan ilmu “mbondet” alias ilmu ruwet meruwetkan. Hehehe.. dengan berusaha santai, bahlul pun menjawab.. 

“Ma’af kyai, saya tidak mencuri, tapi minta..”. 
jawab kang bahlul. 

“Minta? Memangnya kamu sudah bilang sama pemiliknya? Ini kan pohon jambu punya saya, kamu belum minta izin sama saya”. Kata kyai berusaha sabar. 

“Eh.. kyai salah.. sangat.. sangat salah.. ingat pada Allah kyai..”. kata bahlul. 

“Apa maksud mu lul?”. Tanya kyai yang dibuat bingung oleh bahlul. 

“Sebagai mana yang kyai sampaikan tadi pagi, segala hal didunia ini adalah milik Allah, kita manusia hanya dititipi. Nah termasuk jambu ini juga milik Allah, saya tadi sudah minta izin sama Allah. Kenapa kyai marah-marah?”. Jawab bahlul. 

“Astaghfirullah al-‘adzim..”. kata kyai sambil menahan amarahnya. 
Ternyata kini dia termakan tausiyah yg disampaikannya sendiri, meski cara penggunaanya kurang tepat. Tapi kyai sadar, apa yang di sampaikan oleh bahlul itu memang benar. Dan akhirnya kyai diam dan meninggalkan bahlul dkk begitu saja tanpa sepatah kata pun.

Ternyata diamnya kyai tersebut membuat bahlul dkk sangat senang. Mereka mengira kini kyai tak akan berani lagi memarahi mereka. Dan pada malam berikutnya, mereka mngulangi hal yang sama, kali ini dengan lebih berani dan terang-terangan tanpa takut dimarahi. Tapi baru saja saja bahlul memanjat, tiba-tiba punggungnya di pukul dg sebuah tongkat rotan. Meski tidak besar, tapi “panasnya” tetap terasa. Ternyata kyai memang sudah menunggu mereka dari tadi disitu, kyai sengaja duduk dikegelapan agar mereka tidak tahu keberadaanya. 

Tentu saja bahlul teriak karena merasa terkejut dan kesakitan.. ketika dia tahu yang memukul itu kyai mereka, dia pun bertanya dengan nada sedikit protes. 


“aduh kyai.. kenapa mukul punggung saya kyai ? Kan sakit ,,”. 
Kata bahlul sambil meringis dan mengusap pungungnya yang “panas” itu. 


“Siapa yg memukul punggung mu lul ? Akau Cuma memukul punggung milik Allah. Karena semua hal di dunia ini milik Allah. Dan tadi aku juga sudah minta izin sama Allah. Dan aku tadi minta izin mau memukul punggung milik Allah ini berulang-ulang kalau tetap masih bandel..”. 
kata kyai dengan santainya. 

Mendengar perkataan abah, bahlul langsung turun dengan cepat dari pohon jambu. Dan segera lari bersama badrun dan kamso kembali ke komplek pondok. Kini bahlul sadar, bahwa menggunakan pengetahuan untuk hal yang tidak baik itu adalah kesalahan besar. Dan kini dia juga mulai menyadari, yang namanya guru pasti memiliki trik untuk mengalahkan kebandelan seorang murid. Setelah kejadian malam itu, bahlul dkk tak berani lagi coba-coba memetik jambu “milik Allah” di belakang rumah abah. Karena dia takut jika “punggung milik Allah” kembali di pukul pakai rotan. Hehehe.. 

Story by: Muhammad Rifai


ini versi videonya si santri bahlul tadi :





    

No comments:

Post a Comment

setelah baca2 ... isi dong commentnya . ok ! kutunggu ya

ADSENSE


html5 tutoriels - cheap morocco desert tours