Rasulullah Dalam Menunaikan Hak
Hak-hak yang wajib ditunaikan seorang insan sangat banyak. Disana ada hak Allah, hak keluarga, hak diri pribadi maupun hak orang lain. Tahukah kamu bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membagi waktunya dalam sehari untuk menunaikan hak-hak tersebut.
Anas bin Malik menuturkan: "Tiga orang sahabat pernah datang ke rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menanyakan ibadah yang beliau lakukan. Setelah diceritakan tentang ibadah beliau, mereka merasa ibadah yang mereka kerjakan terlalu sedikit dibandingkan dengan ibadah beliau.
Mereka berkata: "Alangkah jauh kedudukan kita dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam! Padahal telah diampuni dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang.
Seorang di antara mereka berkata: "Aku akan shalat malam selamanya."
Yang lain berkata: "Sedangkan aku akan berpuasa terus menerus tanpa berbuka."
Seorang lagi berkata: "Adapun aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya."
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi mereka dan berkata: "Kaliankah yang mengatakan begini dan begini! Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling bertakwa kepada-Nya dari pada kalian semua. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat malam dan juga tidur, aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku." (Muttafaq 'alaih).
Mereka melakukan perbuatan terkutuk itu dengan berbagai macam cara. Di antaranya, jika lahir seorang bayi perempuan, mereka sengaja membiarkan bayi itu hidup sampai berusia 6 tahun, kemudian si bapak berkata kepada ibu anak yang malang tersebut:
“Dandanilah anak ini, sebab aku akan membawanya menemui paman-pamannya.”
Sementara si bapak telah menyiapkan lubang di tengah padang pasir yang sepi. Lalu dibawalah anak perempuannya itu menuju lubang tersebut. Sesampainya di sana si bapak berkata kepadanya:
“Lihatlah lubang itu!”
lalu sekonyong2 ia dorong anak itu kedalamnya dan menimbunnya dgn tanah secara sadis dan keji.
Di tengah-tengah masyarakat jahiliyah seperti itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam muncul dengan membawa agama yang agung ini, agama yang menghormati hak-hak perempuan, baik statusnya sebagai ibu, istri, anak, kakak ataupun bibi.
Putri-putri beliau begitu banyak mendapat curahan kasih sayang dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Fathimah radhiyallahu ‘anha datang, beliau akan segera bangkit menyambutnya sambil memegang tangannya, lalu menempatkannya di tempat duduk beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Demikian pula bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang mengunjungi Fathimah radhiyallahu 'anhu, ia segera bangkit menyambut beliau shallallahu 'alaihi wasallam sambil menuntun tangan beliau dan menciumnya serta menempatkan beliau di tempat duduknya. (Sebagaimana tertera dalam HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An-Nasaai).
Meskipun beliau begitu sayang kepada putri-putrinya dan begitu memuliakan mereka, namun beliau rela menerima talaq (perceraian) kedua putri beliau Ruqaiyyah dan Ummu Kaltsum radhiyallahu 'anhuma dari suami mereka, yaitu ‘Utbah dan ‘Utaibah putra Abu Lahab setelah turun surat Al-Lahab (“Binasalah kedua tangan Abu Lahab”). Beliau tetap sabar serta mengharap pahala dari Allah Ta’ala. Beliau tidak berkenan menghentikan dakwah atau surut ke belakang. Pasalnya kaum Quraisy mengancam, bila beliau tidak menghentikan dakwah, maka kedua putri beliau akan dicerai. Namun beliau tetap teguh dan sabar serta tidak goyah dalam mendakwahkan agama Islam.
Di antara bentuk sambutan hangat beliau terhadap putri beliau adalah sebagaimana yang dituturkan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata: “Pada suatu hari kami, para istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, berada di sisi beliau. Lalu datanglah Fathimah radhiyallahu ‘anha kepada beliau dengan berjalan kaki. Gaya berjalannya sangat mirip dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihatnya, beliau memberikan ucapan selamat untuknya, beliau berkata: “Selamat datang wahai putriku.” Kemudian beliau tempatkan ia di sebelah kanan atau kiri beliau.” (HR. Muslim).
Di antara bentuk kasih sayang dan cinta beliau kepada putri-putri beliau ialah dengan mengunjungi mereka dan menanyakan kabar dan problem yang mereka hadapi. Fathimah radhiyallahu ‘anha pernah datang menemui beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengadukan tangannya yang lecet karena mengadon tepung, ia meminta seorang pelayan kepada beliau. Namun Fatihmah radhiyallahu 'anha tidak bertemu dengan beliau. Fathimah radhiyallahu ‘anha melaporkan kedatangannya kepada ‘Aisyah radhiyallah 'anha. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan perihal kedatangan Fathimah radhiyallahu 'anha.
‘Ali radhiyallahu 'anhu menuturkannya kepada kita: Beliau shallallahu 'alaihi wasallam lalu datang menemui kami berdua saat kami sudah berbaring di atas dipan. Ketika beliau datang, kamipun segera bangkit. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata: “Tetaplah di tempat kamu!” beliaupun mendekat lalu duduk di antara kami berdua hingga aku dapat merasakan sejuk kedua telapak kaki beliau di dadaku. Beliau bersabda: “Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik bagi kamu berdua daripada seorang pelayan? Apabila kamu hendak tidur, bacalah takbir (Allahu Akbar) tiga puluh empat kali, tasbih (Subhaa-nallaah) tiga puluh tiga kali, dan tahmid (Alham-dulillahi) tiga puluh tiga kali. Sesungguhnya bacaan tersebut lebih baik bagimu daripada seorang pelayan.” (HR. Al-Bukhari).
Sungguh, pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terdapat teladan yang baik bagi kita, teladan dalam kesabaran dan ketabahan. Seluruh putra-putri beliau wafat sewaktu beliau masih hidup -kecuali Fathimah radhiyallah 'anha-, namun meskipun demikian beliau tidak menampar-nampar wajah, merobek-robek pakaian dan tidak mengadakan kenduri kematian (sebagaimana yang dilakukan mayoritas manusia sebagai ungkapan kesedihan dan belasungkawa). Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tetap sabar dan tabah dengan mengharap pahala dari Allah Ta’ala serta ridha atas takdir dan ketentuan Allah Ta’ala.
Persahabatan Rasulullah Yang Tulus
'Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan: "Setiap kali disampaikan kepada beliau sesuatu yang kurang berkenan dari seseorang, beliau tidak mengatakan: "Apa maunya si 'Fulan' berkata demikian!" Namun beliau mengatakan: "Apa maunya 'mereka' berkata demikian!" (HR. At-Tirmidzi).
Anas bin Malik menceritakan: "Pernah suatu kali seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan bekas celupan berwarna kuning pada pakaiannya (bekas za'faran). Biasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat jarang menegur sesuatu yang dibencinya pada seseorang di hadapannya langsung. Setelah lelaki itu pergi, beliau pun berkata: "Alangkah bagusnya bila kalian perintahkan lelaki itu untuk menghilangkan bekas za'faran itu dari bajunya." (HR. Abu Daud & Ahmad).
Abdullah bin Mas'ud berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Inginkah aku kabarkan kepadamu oang yang diselamatkan dari api Neraka, atau dijauhkan api Neraka darinya? Yaitu setiap orang yang ramah, lemah lembut dan murah hati." (HR. At-Tirmidzi).
KIAT SEHAT ALA RASULULLAH
1. SELALU BANGUN SEBELUM SUBUH
Rasul selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan sholat sunah dan sholat Fardhu, sholat subuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah yg mendalam antara lain :
- Berlimpah pahala dari Allah
- Kesegaran udara subuh yg bagus utk kesehatan/ terapi penyakit TBC
- Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan
2. AKTIF MENJAGA KEBERSIHAN
Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari kamis atau Jumaat beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi. "Mandi pada hari Jumaat adalah wajib bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman"(HR Muslim)
3.TIDAK PERNAH BANYAK MAKAN
Sabda Rasul : "Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)"(Muttafaq Alaih)
Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda : Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk makanan. Bahkan ada satu tarbiyyah khusus bagi ummat Islam dengan adanya Puasa Ramadhan untuk menyeimbangkan kesehatan
4. GEMAR BERJALAN KAKI
Rasul selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sahabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir, pori-pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung.
5. TIDAK PEMARAH
Nasihat Rasulullah : "Jangan Marah"diulangi sampai 3 kali. Ini menunujukkan hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan jiwa.
Ada terapi yang tepat untuk menahan marah :
1. Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk maka berbaring
2. Membaca Ta 'awwudz, karena marah itu dari Syaithon
3. Segeralah berwudhu
4. Sholat 2 Rokaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati
6. OPTIMIS DAN TIDAK PUTUS ASA
Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras, serta tawakal kepada Allah SWT.
7. TAK PERNAH IRI HATI
Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat.
Rasulullah bersabda : "Mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu'min yang lemah....." (HR Muslim).
Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah
Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri, pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah.” (Lihat Shahih Jami’ Shaghir karya Al-Albani).
Di antara keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan keharmonisan rumah tangga beliau ialah memanggil ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa serasa melayang-layang.
Aisyah radhiyallah 'anha menuturkan: “Pada suatu hari Rasu-lullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya: “Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah radhiyallahu 'anha), Malaikat Jibril shallallahu 'alaihi wasallam tadi menyampaikan salam buatmu.” (Muttafaq ‘alaih).
Bahkan beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku Nabi umat ini yang paling sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.
Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan: Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya.” (HR. Muslim).
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafikin atau seperti yang dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan palsu dan pengakuan-pengakuan bathil. Bahkan beliau shallallahu 'alaihi wasallam lebih memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana.
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu’.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menjawab pertanyaan ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallah 'anhu seputar masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.
Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu 'anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” beliau menjawab: “’Aisyah!” (Muttafaq ‘alaih).
Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah-kisah ‘Aisyah radhiyallah 'anha bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membahagiakan ‘Aisyah radhiyallahu 'anha?
Dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata: “Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari satu bejana.” (HR. Al-Bukhari).
Rasulullah SAW tidak melewatkan kesempatan sedikit pun kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.
Aisyah radhiyallah 'anha mengisahkan: Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu!” (HR. Ahmad).
Sungguh! merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian yang sangat besar. Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari. Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu!”
Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan orang-orang yang terpandang pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat-saat kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar. Meskipun demikian, beliau tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap istri-istri beliau para Ummahaatul Mukiminin radhiyallah 'anhun.
Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau didampingi para istri-istri kaum hawa yang lemah yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja. Agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallahu 'anha. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah radhiyallah 'anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan Shafiyyah radhiyallah 'anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.
Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhu’an beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selaku pemimpin yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu’ kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau.
No comments:
Post a Comment
setelah baca2 ... isi dong commentnya . ok ! kutunggu ya